bukti wakil presiden jusuf kalla dan enam partai politik tidak menginginkan jakarta di jabat Ahok Djarot

Mei 03, 2017
chairul tanjung
bukti wakil presiden jusuf kalla dan enam partai politik tidak menginginkan jakarta di jabat Ahok Djarot

rejekinaga - bukti wakil presiden jusuf kalla dan enam partai politik tidak menginginkan jakarta di jabat Ahok Djarot

Pengusaha chairul tanjung membeberkan alasan di pilih nya anies - sandi "Jadi dulu, calon itu Yusril, Sandi, sudah. Dihitung-hitung enggak menang. Sampai jam 12 malam sebelum pendaftaran. Maka dicarilah kesepakatan 6 partai itu. Akhirnya dicari-cari. Coba Chairul Tanjung barangkali," kata Zulkifli di seminar nasional kebangsaan Gerakan Muballigh dan Sosialisasi Empat Pilar MPR di Gedung DPR dan MPR, Senayan, Jakarta, Selasa (2/5).

Namun, keinginan mengusung Chairul Tanjung bertepuk sebelah tangan. Sebab, kata Zulkifli, saat ditawari mantan Menko Perekonomian itu menolak karena usahanya sedang susah.

"Jam 12 kurang baru ketemu dan kontak Chairul Tanjung. Gila kalian, ini usaha saya lagi susah kok disuruh maju gubernur. Itu jawabnya," ujar Zulkifli

Menurut dia, setelah mentok, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyodorkan nama anaknya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Usulan SBY itu pun disambut hangat Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Akan tetapi, kata Zulkifli, Prabowo meminta Sandiaga Uno yang menjadi calon gubernurnya dan Agus menjadi wakilnya. Permintaan Prabowo itu lantaran Sandiaga bergerilya sebagai calon gubernur.

Namun, imbuh Zulkifli, Sandiaga mendatangi kediamannya di Jalan Widya Chandra dan menyatakan bersedia menjadi calon wakil gubernur dan Agus menjadi calon gubernurnya. Dengan jaminan Zulkifli dapat memfasilitasi pertemuan antara SBY dengan Prabowo.

"Nah saya tahu kalau Pak Prabowo, Pak SBY ketemu mesti ada jaminan 5 tahun selesai. Kira-kira itu pak isinya. Sehingga tak jadi ketemu. Sudah putus AHY," kata Ketua MPR ini.

Sayangnya, kesepakatan duet Agus dan Sandiaga menemukan jalan buntu. Kemudian Sandiaga kembali pada niatan awal untuk maju sebagai calon gubernur berpasangan dengan calon wakil gubernur yang kader PKS Mardani Ali Sera. Nah, di sini Wakil Presiden Jusuf Kalla mengintervensi dan haluan langsung berubah.

Prabowo akhirnya menyetujui mengusung pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Padahal, kata Zulkfili, sejak awal tak ada satupun partai politik yang melirik mantan Mendikbud itu.

"Jam 12 malam sampai jam 1 pagi itu ada intervensinya Pak JK. Saya kan suka terus terang. Pak JK boleh enggak ngaku saya dengar kok teleponnya. Pak JK lah yang meyakinkan sehingga berubahlah. tapi di sini (di Cikeas) sudah kadung mau mengumumkan Agus-Sylvi, jam 2 pagi di sana baru putus akhirnya Anies diambil, Sandi jadi wakil," ujarnya.

Meski terjadi dua koalisi antara enam partai tersebut, Zulkifli menjelaskan keenam partai memiliki tujuan yang sama menginginkan Jakarta harus dijabat oleh Gubernur baru atau dengan kata lain petahana Basuki Tjahaja Purnama harus kalah.

"Tapi kesepakatan Pak mana yang menang karena kita ingin perubahan Jakarta karena kita sudah enggak sanggup gubernur yang gaduh terus. Sudah enggak sanggup dah kita. Orang Betawi bilang sudah enggak tahan dah. Jadi sepakat kita mesti ada gubernur baru," ujarnya.

Zulkifli menjelaskan saat itu apabila Agus-Sylvi menang, maka Gerindra dan PKS akan mendukung pasangan Koalisi Cikeas ini. Sebaliknya, jika jagoan Cikeas kalah, maka mereka harus mendukung pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

"Jadi kalau kita menang yang sana gabung, kalau sana menang kita yang gabung. Janji laki-laki. Betul ini. Janji laki-laki," ujarnya.

Setelah Agus-Sylvi dinyatakan gugur di putaran pertama, Zulkifli mendatangi SBY selaku pimpinan koalisi partai pengusung Agus-Sylvi. Ketika itu, mantan menteri Kehutanan ini mengaku kembali mengingatkan SBY soal janji awal di mana partai pengusung Agus-Sylvi dan partai pengusung Anies-Sandi akan saling dukung jika salah satunya gugur.

"Pak bapak kan ketua koalisi. Kita sudah kalah. Duka sudah sudah selesai habis pemilu. Cukup Pak. Kalau berduka lama-lama bahaya. Gimana? Kita dulu kan janji kalau kalah gabung ke sana," ujar dia.

SBY saat itu menjelaskan Partai Demokrat sebagai partai penyeimbang pemerintahan lebih beruntung ketimbang PPP, PAN dan PKB yang merupakan partai pendukung pemerintah. Sehingga Demokrat bisa memutuskan untuk berdiri di pihak yang netral.

"Pak SBY bilang, Pak Zul kami lebih beruntung. Maksudnya Pak? Kami kan bukan partai pemerintah. Kami kan penyeimbang jadi kami bisa bebas. Bagus Pak kalau begitu. Jadi bisa ke sana? enggak. Maksudnya bagaimana Pak? Ya kami lebih beruntung jadi kami bisa netral. Saya dalam hati sih bertanya cuma enggak berani. Saya kan menterinya beliau presiden saya dulu kan. Jadi lebih bebas aja netral. Bayangkan saudara-saudara. Mungkin situasinya mencekam barangkali," ucapnya.

Setelah itu, Zulkifli pun mendatangi Ketua Umum PKB Muhamin Iskandar alias Cak Imin. Tujuan kedatangannya sama, yakni untuk mengingatkan Cak Imin, soal kesepakatan awal.

"Aduh, Pak Zul. Kami kan repot. Begini, paling tinggi netral lah," ucap Zulkifli Hasan, menirukan ucapan Muhaimin.

Usai mendatangi Muhaimin, Zulkifli kemudian mendatangi Ketua Umum PPP Muhammad Romahurmuziy atau yang akrab disapa Romy. Tanggapan serupa didapatkan Zulkifli. Dualisme kepengurusan PPP menjadi alasannya.

"Saya ini sopir belum punya SIM (Surat Izin Mengemudi) jadi maklum saja lah," kata Zulkifli kembali menirukan Romy.

sumber : merdeka

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »